Mempelajari sejarah
itu sungguh tidak menjemukan karena banyak unsur dan metode yang bisa
dipelajari. Sejarah sebagai ilmu meliputi
metode khusus sejarawan untuk merekonsruksi secara kritis, analitis dan
imajinatif peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa yang lampau berdasarkan
bukti-bukti peninggalan, data, tulisan, dan rekaman. Dan juga pernyataan,
pendapat dan pandangan sejarawan yang diungkapkan berdasarkan dokumen,
text-book atau kisah-kisah tentang peristiwa yang benar-benar terjadi pada
waktu yang lalu.
Ciri-ciri sejarah sebagai
ilmu
Menurut Kuntowijoyo
mengatakan beberapa ciri atau karakteristik
sejarah sebagai ilmu, yaitu:
1. Memiliki
objek
yakni perubahan atau perkembangan aktivitas manusia. Karena objeknya terkait
dengan manusia, maka sejarah sering dimasukkan ke dalam kelompok ilmu
humaniora. Objek sejarah adalah aktivitas manusia dalam dimensi waktu. Jadi
waktu menjadi unsur yang penting dalam sejarah. Kalau fisika membahas waktu
fisik, maka sejarah bicara waktu manusia. Waktu dalam pandangan sejarah tidak
bisa lepas dari manusia, terutama waktu lampau.
2. Memiliki
metode
untuk menjelaskan perkembangan atau perubahan itu secara benar, perlu ada
metode. Dalam penelitian untuk mencari kebenaran sejarah, ada metode tersendiri
yang disebut dengan metode sejarah. Penggunaan metode sejarah mengharuskan
seseorang untuk lebih hati-hati. Dengan metode sejarah seseorang tidak boleh
menarik kesimpulan yang terlalu berani, tetapi sewajarnya saja.
3. Mempunyai
generalisasi
itu biasanya menjadi kesimpulan umum. Begitu juga sejarah ada kesimpulan umum.
Tetapi, kesimpulan untuk ilmu-ilmu lain bersifat nomotetis, sementara sejarah
bersifat idiografis. Kesimpulan umum suatu ilmu (bukan sejarah) biasanya diakui
kebenarannya di mana-mana (kebenaran umum). Tetapi kesimpulan sejarah bisa
menjadi koreksi kesimpulan ilmu lain. Kesimpulan umum dalam sejarah lebih
mendekati pola-pola atau kecenderungan dari suatu peristiwa sehingga dari
kecenderungan bisa dilihat bagaimana di tempat lain atau bagaimana yang akan
datang. Itulah generalisasi dalam sejarah.
4. Bersifat
pengalaman
maksudnya sejarah melakukan kajian apa atau peristiwa yang sungguh terjadi di
masa lampau. Sejarah akan sangat tergantung pengalaman dan aktivitas nyata
manusia. Pengalaman itulah yang direkam dalam dokumen. Dokumen-dokumen itulah
yang diteliti oleh para sejarawan untuk menemukan fakta. Fakta-fakta ini yang
kemudian diinterpretasikan, barulah muncul tulisan sejarah.
5. Memiliki
teori
ini berisi satu kumpulan tentang kaidah-kaidah pokok suatu ilmu. Dalam filsafat
disebut dengan epistemologi. Sejarah memiliki tradisi yang panjang, jauh lebih
panjang daripada ilmu-ilmu sosial yang lain. Dalam setiap tradisi itu terdapat
teori sejarah.
Sendi-sendi sehingga dikatakan sejarah sebagai ilmu
1.
Ilmu
Pengetahuan
Sendi pertama
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah suatu ilmu pengetahuan sebagai
petumbuhan hikmah kebijaksanaan (rationalism) manusia. Dengan perkataan lain,
sejarah itu adalah suatu sistem ilmu pengetahuan, yakni sebagai daya cipta
manusia untuk mencapai hasrat ingin tahu serta perumusan sejumlah pendapat yang
tersusun sekitar suatu pokok permasalahan tertentu dan sehubungan dengan itu
tak dapat dilepaskan sifatnya sebagai ilmu tentang berlakunya hukum sebab dan
akibat atau kausalitas.
2. Hasil
Penyelidikan
Sejarah sebagai
cabang imu pengetahuan disusun menurut hasil-hasil penyelidikan (investigation,
research) yang dilakukan dalam masyarakat manusia. Jadi, penyelidikan adalah
penyaluran hasrat ingin tahu oleh manusia dalam taraf keilmuan. Penyaluran
sampai pada taraf setinggi itu disertai oleh keyakinan bahwa ada sebab bagi
setiap akibat, bahwa setiap gejala yang tampak dapat dicari penjelasannya
secara ilmiah berdasarkan hasil penelitian dan pemikiran.
3. Bahan
Penyelidikan
Ilmu sejarah ialah
hasil penelitian dengan menggunakan bahan-bahan penyelidikan sebagai kenyataan.
Semua disebut sumber sejarah, baik berupa benda, dokumen tertulis, maupun
tradisi lisan.
4. Cerita
Sendi cerita yang
berupa pelaporan tentang kejadian pada zaman yang lampau. Untuk membedakan
cerita biasa dengan dongeng, sejarah dalam pengertian ilmiah harus menunjukkan
hubungan antara satu gejala dengan gejala lain secara kronologis. Cerita adalah
anasir subjektif, tetapi anasir ini menghubungkan dengan bahan sejarah yang
objektif secara rapih.
5. Kejadian
Yang diselidiki atau
diriwayatkan dalam definisi sejarah ialah
kejadian dalam masyarakat manusia pada zaman lampau. Kejadian itu meliputi
sekumpulan masyarakat dan keadaan-keadaan yang berpengaruh. Semuanya itu ialah
objek sejarah yang harus diseleksi dan diteliti. Kejadian ialah hal-hal yang
terjadi. Muhammad Yamin menyatakan bahwa rangkaian kejadian itu mempunyai
hubungan timbal balik satu sama lain, ada kausalitasnya.
6. Masyarakat
Manusia
Kejadian pada zaman
yang lampau itu berlaku dalam masyarakat manusia, yakni gejala, perbuatan, dan
keadaan masyarakat manusia dalam ruang dan waktu yang menjadi objek sejarah.
Muhammad Yamin dalam hal ini menegaskan pembatasannya dengan mengutif ucapan
Ernst Bernheim bahwa Nur der Mensch ist Object der Geschiktswissenshart (Hanya
manusialah yang menjadi objek sejarah)
7. Waktu
yang Lampau
Sejarah menyelidiki
kejadian-kejadian pada zaman atau waktu yang lampau. Sedangkan gejala-gejala
masyarakat pada waktu sekarang dan tinjauan kemungkinan pada waktu yang akan
datang menjadi bidang objek ilmu politik dan futurologi. Jikalau batas-batas
waktu dalam tiga babakan dahulu, kini dan nanti kita hilangkan, maka sang waktu
menjadi tidak berpangkal dan tidak berujung.
8. Tanggal
dan Tarikh
Waktu yang telah
lampau adalah demikian jauh dan lamanya, sehingga sukar mengirakannya. Apabila
sang waktu itu bermula atau berpangkal. Masa lampau itu tak pernah putus dari
rangkaian masa kini dan masa nanti, sehingga waktu dalam perjalanan sejarah
adalah suatu kontinuitas. Oleh karena itulah, untuk memudahkan ingatan manusia
dalam mempelajari sejarah perlu ditentukan batas awal dan akhirnya setiap
babakan dengan satuan waktu sebagai petunjuk kejadian: tahun, bulan,
tanggal/hari, jam dan detik, windu, dasawarsa atau dekade, abad, millennium
atupun usia relatif.
9. Penafsiran
atau Syarat Khusus
Penyelidikan sejarah
secara ilmiah dibatasi oleh cara meninjau yang dinamakan juga menafsirkan
keadaan-keadaan yang telah berlalu. Cara menafsirkan itu kita namakan tafsiran
atau interpretasi sejarah, yang menentukan warna atau corak sejarah manakah
atau apakah yang terbentuk sebagai hasil penyelidikan yang telah dilakukan.
Misalnya Sejarah Dunia, Sejarah Nasional, Sejarah Kesenian, Sejarah Pendidikan,
dan sebagainya. Selain itu ideologi atau paham tertentu dapat menentukan corak
sejarah.
Sejarah
sebagai ilmu bersifat selalu berubah dan mudah terjadi sebab kondisi setempat
yang berubah, waktunya berubah, dan adanya pengaruh dari luar. Manusia tetap
ingin tahu apa yang terjadi dimasa lampau.
Referensi
artikel ini kami dapat dari blog doni setyawan.
Semoga
artikel ini bermanfaat bagi sobat semua, terima kasih.
No comments:
Post a Comment