Pendahuluan
Kebebasan Beragama
Kebebasan Beragama
Australia adalah sebuah
nama yang mungkin tidak asing lagi di telinga anda,bahkan mungkin sering anda
menyebutnya. Mendengar atau mengucapkan nama ini, tentu segera mengingatkan
anda pada nama sebuah benua yang bagi masyarakat Eropa merupakan “benua
baru”. Mengapa demikian? Yah, betul, karena bagi masyarakat Eropa benua inilah
yang paling akhir mereka ketahui dan kenal. Satu hal lagi yang mungkin segera
anda ingat adalah bahwa benua Australia adalah benua tunggal di planet kita
yang hanya dihuni oleh satu bangsa, yaitu bangsa Australia.
Secara geografis benua
Australia sangat dekat dengan benua Asia, namun jika dilihat dari segi fisik
(biologis)sebagian besar penduduk atau masyarakatnya, sertaa dari segi social
budaya dan social politiknya, Australia lebih cocok disebut sebagai “ Negara
Barat”. Kondisi seperti inilah mungkin yang dijadikan dasar pertimbangan hingga
ada sebagia penulis yang menyebut bangsa Australia sebagai “suku putihnya Asia”.
Kebebasan agama dijamin
oleh pasal 116 Undang- Undang Dasar Australia, yang melarang pemerintah federal
untuk membuat undang-undang mendirikan agama, memaksakan ajaran agama, atau
melarang pelaksanaan ajaran agama dengan bebas. Orang bebas menyatakan
keanekaragaman pandangan, selama mereka tidak memancing kebencian agama.
Agama Pendatang
Sejarah Australia sekarang
berawal dari pemukiman atau koloni baru oleh Inggris pada tahun 1788 disuatu
tempat yang kemudian berkembang menjadi kota Sydney sekarang. Koloni baru ini
diberi nama New South Wales. Tentunya dengan membawa agama baru. Pemerintah Australia juga
berbulat hati mendorong saling menghormati, pemahaman dan toleransi antar
berbagai agama dan budaya di Australia dan di seluruh kawasan. Australia telah
memupuk kerja sama antar-agama di kawasan melalui keterlibatannya di Dialog
Antar-Agama Kawasan— suatu proses yang Australia sponsori bersama dengan
Indonesia, Selandia Baru dan Filipina. Dialog ini menghimpun para pemimpin dari
banyak agama di kawasan untuk berbagi pengalaman dan mengidentifikasi cara
untuk memajukan perdamaian dan pengertian. Dialog pertama diadakan di Indonesia
pada 2004, dan dua dialog lagi juga telah diselenggarakan (di Filipina pada
2006 dan Selandia Baru pada 2007). Kampuchea akan menyelenggarakan Dialog
Antar-Agama Kawasan keempat pada 2008. Agama atau aliran kepercayaan paling
awal Australia bermula dengan Penduduk Asli Australia, yang telah mendiami
Australia selama lebih dari 40.000 tahun. Terjadi kontak awal dengan Islam
ketika nelayan dan pedagang Muslim dari kepulauan sebelah timur Indonesia
berkelana ke daratan utama Australia pada abad ke-16 untuk mencari ikan dan
berdagang dengan Penduduk Asli setempat.
Berbicara tentang peradaban
suatu daerah atau Negara tidak terlepas dari agama yang
dianut oleh Negara tersebut. Terlepas dari agama apa yang dianut, agama pasti memiliki pengaruh untuk peradabannya. Walaupun sebenarnya Australia tidak mempunyai agama nasional yang resmi, artinya rakyat bebas untuk memeluk agama apa pun yang mereka pilih, selama mereka mematuhi hukum. Penduduk Australia juga bebas untuk tidak memeluk agama. Sekalipun Australia adalah Negara dengan mayoritas penduduknya beragama Kristen, sekitar 64 persen penduduk Australia mengaku beragama Kristen. Selain itu, sebagian besar agama utama juga memiliki penganut, yang mencerminkan masyarakat Australia yang beranekaragam secara budaya.
dianut oleh Negara tersebut. Terlepas dari agama apa yang dianut, agama pasti memiliki pengaruh untuk peradabannya. Walaupun sebenarnya Australia tidak mempunyai agama nasional yang resmi, artinya rakyat bebas untuk memeluk agama apa pun yang mereka pilih, selama mereka mematuhi hukum. Penduduk Australia juga bebas untuk tidak memeluk agama. Sekalipun Australia adalah Negara dengan mayoritas penduduknya beragama Kristen, sekitar 64 persen penduduk Australia mengaku beragama Kristen. Selain itu, sebagian besar agama utama juga memiliki penganut, yang mencerminkan masyarakat Australia yang beranekaragam secara budaya.
Pemerintah Australia juga
berbulat hati mendorong saling menghormati, pemahaman dan toleransi antar
berbagai agama dan budaya di Australia dan di seluruh kawasan. Australia telah
memupuk kerja sama antar-agama di kawasan melalui keterlibatannya di Dialog
Antar-Agama Kawasan— suatu proses yang Australia sponsori bersama dengan
Indonesia, Selandia Baru dan Filipina. Dialog ini menghimpun para pemimpin dari
banyak agama di kawasan untuk berbagi pengalaman dan mengidentifikasi cara
untuk memajukan perdamaian dan pengertian. Dialog pertama diadakan di Indonesia
pada 2004, dan dua dialog lagi juga telah diselenggarakan (di Filipina pada
2006 dan Selandia Baru pada 2007). Kampuchea akan menyelenggarakan Dialog
Antar-Agama Kawasan keempat pada 2008. Agama atau aliran kepercayaan paling
awal Australia bermula dengan Penduduk Asli Australia, yang telah mendiami
Australia selama lebih dari 40.000 tahun. Terjadi kontak awal dengan Islam
ketika nelayan dan pedagang Muslim dari kepulauan sebelah timur Indonesia
berkelana ke daratan utama Australia pada abad ke-16 untuk mencari ikan dan
berdagang dengan Penduduk Asli setempat.
Agama Pendatang
Sejarah Australia sekarang
berawal dari pemukiman atau koloni baru oleh Inggris pada tahun 1788 disuatu
tempat yang kemudian berkembang menjadi kota Sydney sekarang. Koloni baru ini
diberi nama New South Wales. Tentunya dengan membawa agama baru. AgamaAborijin
di pesisir barat dan utara Australia. Perkawinan antara Penduduk Asli dan orang
Makassar diyakini pernah terjadi, dan lokasi pemakaman orang Makassar telah
ditemukan sepanjang garis pantai.
Prof. Regina Ganter,
Sejarawan dari University of Griffith, Brisbane, Australia, belum lama ini
meriset Suku Aborigin Marege yang berbahasa Melayu Makasar di Tanah Arnhem,
Darwin – Australia Utara. Dalam riset tersebut, menunjukan bukti sejarah yang
menakjubkan, diantaranya tentang masuknya Islam ke Australia, yang ternyata
lebih awal 200 tahun dari catatan Sejarah resmi Australia. Sejarah resmi
Australia, sepertinya segera direvisi.
Selama ini, Australia
mencatat kedatangan Islam di benua itu pada era kolonial Inggris tahun 1850-an
sebagaimana dalam Muslim Australians ternyata keliru. Penelitian
terbaru membuktikan bahwa Islam sudah masuk ke Australia pada 1650-an. Bahkan
yang nakjubkan, adanya jejak prajurit Islam Majapahit dengan ditemukannya koin
Gobog Wayang dan koin Emas Majapahit yang dahulu digunakan oleh Suku Aborigin
Marege.
Bukti yang kuat terkait
jejak prajurit Islam Majapahit yang ditemukan pada waktu yang disebutkan memang
belum dapat kami pastikan, namun kami pernah bertemu dengan salah seorang
pedagang, tepatnya di kereta Api Logawa, bulan Mei 2013, beliau berasal dari Solo
Jawa Tengah, beliau menerangkan bahwa diantara anak Raja Majapahit yang bernama
Raden Patah dan Arya Darma telah menganut Islam, bahkan beliau menekankan bahwa
Brawijaya, raja Majapahit terakhir juga telah menganut Islam melalui Sunan
Kalijaga, walaupun sebenarnya ke-Islamannya tidak ditampakkan kepada
bawahan-bawahan dan masyarakatnya, sebab Brawijaya memiliki permaisuri bernama
Ratu Dwarawati, seorang muslim dari Campa. Jadi sebagaimana yang kita ketahui,
bahwa akhir kekuasaan kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400-an, maka kedatanagn
para nelayan asal Indonesia ke Aborijin, daratan Australia, denagn membawa koin
Gobog Wayang dan koin Emas Majapahit sangatlah mungkin.
Prof. Regina menemukan
bukti bahwa komunitas Muslim Aborigin berasal dari Kerajaan Gowa Tallo,
Makasar, Sulawesi Selatan, Indonesia, sudah ada sejak 1650-an dan menyebarkan
agama Islam di Australia Utara hingga ke desa Kayu Jawa di Australia Barat.
Menurut Prof. Regina: “Sejak masa Sultan Hasanuddin (1653-1669), kapal-kapal
phinisi menguasai Teluk Carpentaria – Darwin untuk mencari Tripang. Kemudian
pendatang muslim ini berinteraksiSejarah Australia sekarang
berawal dari pemukiman atau koloni baru oleh Inggris pada tahun 1788 disuatu
tempat yang kemudian berkembang menjadi kota Sydney sekarang. Koloni baru ini
diberi nama New South Wales. Tentunya dengan membawa agama baru. AgamaAborijin
di pesisir barat dan utara Australia. Perkawinan antara Penduduk Asli dan orang
Makassar diyakini pernah terjadi, dan lokasi pemakaman orang Makassar telah
ditemukan sepanjang garis pantai.
Prof. Regina Ganter,
Sejarawan dari University of Griffith, Brisbane, Australia, belum lama ini
meriset Suku Aborigin Marege yang berbahasa Melayu Makasar di Tanah Arnhem,
Darwin – Australia Utara. Dalam riset tersebut, menunjukan bukti sejarah yang
menakjubkan, diantaranya tentang masuknya Islam ke Australia, yang ternyata
lebih awal 200 tahun dari catatan Sejarah resmi Australia. Sejarah resmi
Australia, sepertinya segera direvisi.
Selama ini, Australia
mencatat kedatangan Islam di benua itu pada era kolonial Inggris tahun 1850-an
sebagaimana dalam Muslim Australians ternyata keliru. Penelitian
terbaru membuktikan bahwa Islam sudah masuk ke Australia pada 1650-an. Bahkan
yang nakjubkan, adanya jejak prajurit Islam Majapahit dengan ditemukannya koin
Gobog Wayang dan koin Emas Majapahit yang dahulu digunakan oleh Suku Aborigin
Marege.
Bukti yang kuat terkait
jejak prajurit Islam Majapahit yang ditemukan pada waktu yang disebutkan memang
belum dapat kami pastikan, namun kami pernah bertemu dengan salah seorang
pedagang, tepatnya di kereta Api Logawa, bulan Mei 2013, beliau berasal dari Solo
Jawa Tengah, beliau menerangkan bahwa diantara anak Raja Majapahit yang bernama
Raden Patah dan Arya Darma telah menganut Islam, bahkan beliau menekankan bahwa
Brawijaya, raja Majapahit terakhir juga telah menganut Islam melalui Sunan
Kalijaga, walaupun sebenarnya ke-Islamannya tidak ditampakkan kepada
bawahan-bawahan dan masyarakatnya, sebab Brawijaya memiliki permaisuri bernama
Ratu Dwarawati, seorang muslim dari Campa. Jadi sebagaimana yang kita ketahui,
bahwa akhir kekuasaan kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400-an, maka kedatanagn
para nelayan asal Indonesia ke Aborijin, daratan Australia, denagn membawa koin
Gobog Wayang dan koin Emas Majapahit sangatlah mungkin.